Selasa, 12 Desember 2017

[Opini] Kurangnya Kesadaran Remaja dalam Berbahasa Indonesia

Posted By: Unknown - 20.49

Share

& Comment

Oleh: Dwi Fajariyanti

Remaja yang di kenal sebagai generasi muda penerus bangsa, ternyata masih belum mampu menyandang gelar sebagai pemuda Indonesia yang bangga terhadap bahasa Nasional. Penggunaaan bahasa Indonesia di kalangan remaja masih sangat rendah, hal ini disebabkan kurangnya minat remaja dalam menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah bahasanya. Jarang sekali saya menemukan remaja yang menggunakan bahasa Indonesia baku dalam kehidupan sehari-hari. Mereka lebih bangga jika menggunakan bahasa asing dan bahasa gaul yang dirasa lebih menarik dari bahasa Indonesia, bahkan remaja telah mencampuradukkan bahasa Indonesia dengan bahasa Jawa ataupun bahasa asing. Sangat miris apabila terdengar oleh telinga, seakan bahasa Nasional dianggap sebagai lelucon oleh pemudanya. Padahal sudah sewajarnya remaja sebagai pemuda penerus bangsa mampu berbahasa Indonesia secara baik dan benar, bangga akan bahasa nasionalnya serta menunjukkan identitasnya sebagai bangsa Indonesia. Bagaimana suatu negara bisa maju apabila pemudanya enggan untuk menunjukkan jati diri bangsanya? Sebuah pertanyaan yang seharusnya bisa mengubah sikap remaja dalam memperlakukan bahasa Indonesia sebagai bahasa Nasional.

            Faktor yang menyebabkan kurangnya kesadaran remaja dalam berbahasa Indonesia adalah adanya faktor eksternal dan internal. Diantara faktor eksternal tersebut adalah pengaruh lingkungan, baik masyarakat maupun keluarga. Di lingkungan keluarga, kedua orang tua tidak begitu mempermasalahkan penggunaan bahasa dalam berkomunikasi. Asalkan komunikasi dapat berlangsung, penggunaan bahasa tidak lagi dijadikan masalah, baik itu menggunakan bahasa daerah, bahasa gaul, ataupun bahasa asing. Begitu juga dalam masyarakat, jika latar belakang masyarakat tersebut adalah pelosok desa, maka penggunaan bahasa Indonesia sangat jarang atau bahkan sama sekali tidak digunakan. Masyarakat desa lebih mengutamakan penggunaan bahasa daerah karena sudah menjadi kebiasaan secara turun temurun. Bahkan mereka akan merasa asing jika menggunakan bahasa Indonesia, menganggap bahwa orang yang menggunakan bahasa Indonesia dalam kesehariannya merupakan orang yang sok iso, begitulah tanggapan dari masyarakat. Masyarakat tidak mengedepankan penggunaan bahasa Indonesia dalam berkomunikasi. Apapun itu bahasanya asalkan komunikasi lancar, bahasa tidak lagi dipermasalahkan. Bahkan, perangkat desapun jarang menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Jika dalam lingkungan tempat tinggal saja tidak ada yang mendukung penggunaan bahasa Indonesia, bagaimana bisa seorang remaja mampu berbahasa yang baik dan benar. Telah kita ketahui bahwa perubahan besar itu diawali dari perubahan yang kecil, yaitu dari lingkungan tempat tinggal. Faktor eksternal yang selanjutya adalah, kurangya peran pendidik yang berasal dari guru bahasa Indonesia sendiri. Bahasa Indonesia telah menjadi mata pelajaran yang wajib sejak Sekolah Dasar, tetapi guru hanya mengajar bagaimana cara berbahasa yang baik dan benar tanpa diterapkan dalam kehidupan nyata, baik diterapkan dalam hal berkomunikasi maupun dalam hal tulis menulis. Dari sini dapat kita pahami bahwa fungsi bahasa Indonesia hanya sebagai pelajaran bukan pendidikan.
 
Sedangkan faktor internal, berasal dari remaja itu sendiri. Kaum remaja identik dengan sosok yang masih dipenuhi oleh ego yang sangat tinggi. Akibatnya mereka memiliki rasa gengsi dalam menggunakan bahasa Indonesia. Mereka lebih suka menggunakan bahasa asing yang dikenal lebih hebat dan keren dari Bahasa Indonesia. Alasan ini tidak bisa dipungkiri, bagi kaum remaja bahasa Indonesia dipandang sebagai bahasa yang ketinggalan zaman, bahasa yang hanya digunakan pada acara formal saja, sehingga terkesan membosankan.
 
Apabila sudah tidak terdapat lagi kesadaran dari remaja untuk berbahasa Indonesia yang baik dan benar, hal ini tentu akan memberikan dampak buruk bagi remaja tersebut dan juga terhadap bahasa nasional. Dampak yang dapat terlihat langsung adalah menurunnya tingkat sopan santun dari remaja dalam bertutur kata dengan orang yang lebih tua. Bayangkan saja bagaimana jika seorang murid berkomunikasi dengan gurunya menggunakan kata loe, gue, you, i am, sangat tidak sopan bukan ? akan terasa beda jika menggunakan bahasa Indonesia, terkesan lebih menghormati dan sopan, misal “Selamat siang bapak/ibu”, lebih enak untuk didengar dan mudah dipahami oleh rekan tutur. Sedangkan secara tidak langsung dapat mengancam rusaknya bahasa nasional. Jika tidak diperkuat kesadaran dalam berbahasa Indonesia, bisa jadi bahasa nasional ini akan tergeser oleh bahasa asing dan bahasa gaul.

            Sudah sewajarnya kita mulai intropeksi diri kita, jaga dan lestarikan bahasa Indonesia dengan cara membiasakan diri menggunakan bahasa Indonesia yang sesuai dengan kaidah bahasanya. Ubahlah kebiasaan teman dan masyarakat sekitar untuk berbahasa indonesia yang benar. Hilangkan rasa malu dan gengsi ketika berbahasa Indonesia. Malu lah ketika kamu mengaku pemuda Indonesia tapi tidak bisa berbahasa Indonesia. Ingat sebuah pesan ” Berikan aku 1000 orang tua, niscaya akan kucabut semeru dari akarnya, berikan aku 1 pemuda, niscaya akan kuguncang dunia” (Bung Karno). Oleh karena itu, peran pemuda sangat penting dalam kemajuan bangsa Indonesia. Banggalah terhadap bahasa nasional dan mulailah berubah ke arah yang lebih baik.

About Unknown

Techism is an online Publication that complies Bizarre, Odd, Strange, Out of box facts about the stuff going around in the world which you may find hard to believe and understand. The Main Purpose of this site is to bring reality with a taste of entertainment

0 komentar:

Posting Komentar

Copyright © Tadris Bahasa Indonesia 1-C ™ is a registered trademark.

Designed by Templateism. Hosted on Blogger Platform.